BAB
I
PERENCANAAN
PELABUHAN
1.1
Pendahuluan
Pembangunan pelabuhan
memakan biaya yang sangat besar. Oleh karena itu diperlukan suatu perhitungan
dan pertimbangan yang matang untuk memutuskan pembangunan suatu
pelabuhan. Keputusan
pembangunan pelabuhan biasanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ekonomi,
politik dan teknis. Ketiga dasar pertimbangan tersebut saling berkaitan, tetapi
biasanya yang paling menentukan adalah pertimbangan ekonomi.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan didalam pembangunan suatu pelabuhan
adalah kebutuhan akan pelabuhan dan pertimbangan ekonomi, volume perdagangan
melalui laut, dan adanya hubungan dengan daerah pedalaman baik melalui darat
maupun air.
Kebutuhan akan pelabuhan timbul untuk memenuhi beberapa hal berikut ini :
a.
Pembangunan
pelabuhan yang didasarkan pada pertimbangan politik. Sebagai contoh adalah
pelabuhan militer yang diperlukan untuk mendukung keamanan suatu Negara,
misalnya pelabuhan Ujung di Surabaya sebagai pangkalan angkatan laut. demikian
juga pelabuhan perintis yang dibangun untuk membuka hubungan ekonomi dan sosial
daerah yang terpencil.
b.
Pembangunan
suatu pelabuhan diperlukan untuk melayani/meningkatkan kegiatan ekonomi daerah
dibelakangnya dan untuk menunjang kelancaran perdagangan antar pulau maupun Negara
(eksport, import). Pelabuhan ini banyak mendukung perkembangan kota didekatnya
dan daerah belakang.
c.
Untuk
mendukung kelancaran produksi suatu perusahaan/pabrik, sering diperlukan
suatu pelabuhan khusus. Pelabuhan ini akan melayani pemasaran/pengiriman hasil
produksi ataupun untuk mendatangkan bahan baku pabrik tersebut. Sebagai contoh
adalah pelabuhan kuala tanjung milik PT Inalum (Indonesia Asahan Aluminium) di
sumatera utara, sebagai prasarana untuk mengimpor biji bauksit dan
pemasaran/pengiriman aluminium hasil produksi perusahaan tersebut. Mengingat
sifatnya sebagai pendukung dari proyek utama, maka pertimbangan ekonomis tidak
seketat seperti dalam pembangunan pelabuhan umum.
Sebelum
memulai pembangunan pelabuhan umum harus dilakukan survey dan studi untuk
mengetahui volume perdagangan baik pada saat pembangunan maupun di masa
mendatang yang dapat di antisipasi dari daerah disekitarnya. Volume perdagangan
ini penting untuk menentukan layak tidaknya pelabuhan tersebut dibangun, Pada
pelabuhan khusus, produksi dari suatu perusahaan biasanya sudah diketahui, Sehingga
pelabuhan dapat direncanakan agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
Setelah
beberapa studi diatas dilakukan, selanjutnya ditetapkan lokasi secara umum
pelabuhan, fungsi utama pelabuhan dan jenis volume barang yang dilayani.
Langkah berikutnya adalah membuat studi pendahuluan dan layout pelabuhan dalam
persiapan untuk membuat penyelidikan lapangan yang lebih lengkap yang
diperlukan di dalam pembuatan perencanaan akhir pelabuhan. Beberapa penyelidikan
yang perlu dilakukan adalah survey hidrografi, dan topografi seperti penyelidikan
tanah di rencana lokasi pemecah gelombang, dermaga, dan bangunan-bangunan
pelabuhan lainnya yaitu angin, arus, pasang surut dan gelombang.
Perencanaan
pelabuhan harus memperhatikan berbagai faktor yang akan berpengaruh pada
bangunan-bangunan pelabuhan dan kapal-kapal yang berlabuh. Ada tiga faktor yang
harus diperhitungkan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu angin,
pasang surut, dan gelombang. Angin
menimbulkan arus dan gelombang. Angin juga dapat menimbulkan tekanan pada kapal
dan bangunan pelabuhan. Pasang surut adalah penting di dalam menentukan dimensi
bangunan seperti pemecah gelombang, dermaga, pelampung penambat, kedalaman alur
pelayaran, perairan pelabuhan dan sebagainya. Gelombang yang menyerang bangunan
pantai akan menimbulkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan tersebut. Bangunan
harus tetap aman terhadap gaya gelombang yang bekerja padanya. Selain itu
gelombang juga akan berpengaruh pada ketenangan di perairan pelabuhan.
1.2
Persyaratan
dan Perlengkapan Pelabuhan
Kapal laut diusahakan oleh suatu perusahaan pelayaran untuk mengangkut
barang dan atau penumpang. Keuntungan yang diperoleh perusahaan tersebut
tergantung banyak faktor seperti banyak/sedikitnya barang dan penumpang yang
diangkut, waktu pelayaran kapal, waktu singgah di pelabuhan, dan sebagainya.
Kapal yang berada di pelabuhan harus membayar biaya jasa pelabuhan, yang
meliputi biaya labuh, tambat, air, pandu, tunda, dermaga, dsb. Berbagai
kegiatan yang ada di pelabuhan antara lain melakukan bongkar muat barang,
menaik-turunkan penumpang, penyelesaian surat-surat administrasi, pengisian
bahan bakar, reparasi, penyediaan perbekalan dan air bersih, dsb.
Untuk bisa memberi pelayanan yang baik dan cepat, maka pelabuhan harus bisa
memenuhi beberapa persyaratan berikut ini :
a. Harus ada hubungan yang mudah antara transportasi air dan
darat seperti jalan raya dan kereta api, sedemikian sehingga barang-barang
dapat diangkut ke dan dari pelabuhan dengan mudah dan cepat.
b. Pelabuhan berada di suatu lokasi yang mempunyai daerah
belakang (daerah pengaruh) subur dengan populasi penduduk yang cukup padat.
c. Pelabuhan
harus mempunyai kedalaman air dan lebar alur yang cukup.
d. Kapal-kapal
yang mencapai pelabuhan harus bisa membuang sauh selama menunggu untuk merapat
ke dermaga guna bongkar muat barang atau mengisi bahan bakar.
e. Pelabuhan
harus mempunyai fasilitas bongkar muat barang (kran, dsb) dan gudang-gudang
penyimpanan barang.
f. Pelabuhan harus mempunyai fasilitas untuk
mereparasi kapal-kapal.
Untuk
memenuhi persyaratan tersebut pada umumnya pelabuhan mempunyai
bangunan-bangunan.
Ø Pemecah
gelombang, yang digunakan untuk melindungi daerah perairan pelabuhan dari
gangguan gelombang. Gelombang besar yang datang dari laut lepas akan dihalangi
oleh bangunan ini. Apabila daerah perairan sudah terlindung secara alamiah,
maka tidak diperlukan pemecah gelombang.
Ø Alur
pelayaran, yang berfungsi untuk mengarahkan kapal-kapal yang akan keluar/masuk
ke pelabuhan. Alur pelayaran harus mempunyai kedalaman dan lebar yang cukup
untuk bisa dilalui kapal-kapal yang menggunakan pelabuhan. Apabila laut dangkal maka harus dilakukan pengerukan
untuk mendapatkan kedalaman yang diperlukan.
Ø Kolam pelabuhan, merupakan daerah perairan dimana kapal
berlabuh untuk melakukan bongkar muat, melakukan gerakan untuk memutar (di
kolam putar), dsb. Kolam pelabuhan harus terlindung dari gangguan gelombang dan
mempunyai kedalaman yang cukup.
Ø Dermaga, adalah bangunan pelabuhan yang di gunakan untuk
merapatnya kapal dan menambatkannya pada waktu bongkar muat barang. Ada dua
macam dermaga yaitu yang berada di garis pantai dan sejajar dengan pantai yang
disebut quai atau wharf; dan yang menjorok (tegak
lurus) pantai disebut pier. Pada pelabuhan barang dibelakang
dermaga harus terdapat halaman yang cukup luas untuk menempatkan barang-barang
selama menunggu pengapalan atau angkutan ke darat. Dermaga ini juga dilengkapi
dengan kran untuk mengangkut barang dari dan ke kapal.
Ø Alat penambat, digunakan untuk menambatkan kapal pada
waktu merapat di dermaga maupun menunggu di perairan sebelum bisa merapat ke
dermaga. Alat penambat bisa diletakkan di dermaga atau di perairan yang berupa
pelampung penambat. Pelampung penambat ditempatkan di dalam dan di luar perairan
pelabuhan. Bentuk lain dari pelampung penambat adalah dolphin yang terbuat dari
tiang-tiang yang dipancang dan dilengkapi dengan alat penambat.
Ø Gudang,
yang terletak di belakang dermaga untuk menyimpan barang-barang yang harus
menunggu pengapalan.
Ø Gedung
terminal untuk keperluan administrasi.
Ø Fasilitas
bahan bakar untuk kapal.
Ø Fasilitas
pandu kapal, kapal tunda dan perlengkapan lain yang diperlukan untuk membawa
kapal masuk/keluar pelabuhan. Untuk kapal-kapal besar, keluar/masuknya kapal
dari/ke pelabuhan tidak boleh dengan kekuatan (mesin) nya sendiri, sebab
perputaran baling-baling kapal dapat menimbulkan gelombang yang akan mengganggu
kapal-kapal yang sedang melakukan bongkar muat barang. Untuk itu kapal harus di
tarik oleh kapal tunda, yaitu kapal kecil bertenaga besar yang dirancang khusus
untuk menunda kapal.
Ø Peralatan
bongkar muat barang seperti kran darat, kran apung, kendaraan untuk
mengangkut/memindahkan barang seperti forklift.
Ø Fasilitas-fasilitas
lain untuk keperluan penumpang, anak buah kapal dan muatan kapal seperti dokter
pelabuhan, karantina, bea cukai, imigrasi, keamanan, dsb.
1.3
Pemilihan Lokasi Pelabuhan
Pemilihan lokasi untuk membangun pelabuhan meliputi daerah pantai dan
daratan. Pemilihan lokasi tergantung pada beberapa faktor seperti kondisi tanah
dan geologi, kedalaman dan luas daerah perairan, perlindungan pelabuhan
terhadap gelombang, arus dan sedimentasi, daerah daratan yang cukup luas untuk
menampung barang yang akan di bongkar muat, jalan-jalan untuk transportasi, dan
daerah industri di belakangnya. Tetapi biasanya faktor-faktor tersebut tidak
bisa semuanya terpenuhi, sehingga diperlukan suatu kompromi untuk mendapatkan
hasil optimal.
Berbagai faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi pelabuhan adalah sebagai
berikut :
a.
Biaya
pembangunan dan perawatan bangunan-bangunan pelabuhan, termasuk pengerukan
pertama yang harus dilakukan.
b.
Biaya
operasi dan pemeliharaan, terutama pengerukan endapan di alur dan kolam
pelabuhan.
1.3.1
Tinjauan
Topografi dan Geologi
Keadaan topografi daratan dan bawah laut harus memungkinkan untuk membangun
suatu pelabuhan dan kemungkinan untuk pengembangan di masa mendatang. Daerah
daratan harus cukup luas untuk membangun suatu fasilitas pelabuhan seperti
dermaga, jalan, gudang dan juga daerah industri. Apabila daerah daratan sempit
maka pantai harus cukup luas dan dangkal untuk kemungkinan perluasan daratan
dengan melakukan penimbunan pantai tersebut.
Selain keadaan tersebut, kondisi geologi perlu juga diteliti mengenai sulit
tidaknya melakukan pengerukan daerah perairan dan kemungkinan menggunakan hasil
pengerukan tersebut untuk menimbun tempat lain. Di beberapa tempat, daerah
pantai (daratan) merupakan daerah rawa yang sering tergenang air pada waktu air
pasang dan merupakan tanah yang mempunyai daya dukung sangat rendah untuk
mendukung bangunan-bangunan di atasnya.
Penggunaan bahan kerukan dasar laut untuk mereklamasi daerah rawa. daerah
daratan secara periodik dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Pada saat air
surut daerah daratan kering sedang pada waktu pasang tergenang air. daerah
tersebut akan di bangun suatu pelabuhan. Seperti terlihat dalam gambar 1.2.b.
dibuat turap atau penahan tanah, yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai
dermaga. Tanah hasil kerukan dasar laut digunakan untuk menimbun daratan, dengan
demikian diperoleh kedalaman perairan yang cukup untuk kolam pelabuhan,
sementara daerah rawa dapat direklamasi.
1.3.2
Tinjauan
Pelayaran
Pelabuhan yang dibangun
harus mudah dilalui kapal-kapal yang akan menggunakannya. Kapal yang berlayar
dipengaruhi oleh faktor-faktor alam seperti angin, gelombang dan arus yang
dapat menimbulkan gaya-gaya yang bekerja pada badan kapal. Faktor tersebut
semakin besar apabila pelabuhan teletak di pantai yang terbuka ke laut., dan
sebaliknya pengaruhnya berkurang pda pelabuhan yang terletak di daerah yang
terlindung secara alam. Pada umumnya angin dan arus mempunyai arah tertentu
yang dominan. Diharapkan bahwa kapal-kapal yang sedang memasuki pelabuhan tidak
mengalami dorongan arus pada arah tegak lurus sisi kapal. Demikian juga,
sedapat mungkin kapal-kapal harus memasuki pelabuhan pada arah sejajar dengan
arah angin dominan.
1.3.3
Tinjauan
Sedimentasi
Pengerukan untuk
mendapatkan kedalaman yang cukup bagi pelayaran di daerah perairan pelabuhan
memerlukan biaya yang cukup besar. Pengerukan ini dapat dilakukan pada waktu membangun pelabuhan maupun selama
perawatan. Pengerukan selama perawatan harus sedikit mungkin.
Pelabuhan harus dibuat sedemikian rupa sehingga sedimentasi yang terjadi
harus sesedikit mungkin (kalau bisa tidak ada). Untuk itu di dalam perencanaan
pelabuhan harus ditinjau permasalahan sedimentasi. Proses sedimentasi ini sulit
ditanggulangi, oleh karena itu masalah ini harus diteliti dengan baik untuk
dapat memprediksi resiko pengendapan. Sedimen yang ada pada daerah pantai bisa
berupa pasir atau sedimen suspensi. Sedimen suspensi biasanya berasal dari
sungai-sungai yang bermuara di pantai.
1.3.4
Tinjauan
Gelombang dan Arus
Gelombang menimbulkan gaya-gaya yang bekerja pada kapal dan bangunan
pelabuhan. Untuk menghindari gangguan gelombang terhadap kapal yang berlabuh
maka dibuat bangunan pelindung yang disebut pemecah gelombang.
Di dalam tinjauan pelayaran, diharapkan bahwa kapal-kapal dapat masuk ke
pelabuhan menurut alur pelayaran lurus (tanpa membelok) dan alur tersebut harus
searah dengan arah penjalaran gelombang terbesar dan arah arus. Suatu mulut
pelabuhan yang besar akan memudahkan kapal memasuki pelabuhan.
Akan tetapi pada umumnya persyaratan-persyaratan untuk kemudahan pelayaran
tidak bisa semuanya dipenuhi. Mulut pelabuhan yang besar dan menghadap arah
datangnya gelombang akan menyebabkan masuknya energi gelombang yang besar ke
pelabuhan, sehingga mengganggu kapal yang sedang bongkar muat barang. Demikian
juga mulut pelabuhan yang menghadap arah arus akan menyebabkan sedimentasi di
pelabuhan.
1.3.5
Tinjauan
Kedalaman Air
Kedalaman laut sangat berpengaruh pada perencanaan pelabuhan. Di laut yang
mengalami pasang surut variasi muka air kadang-kadang cukup besar. Menurut
pengalaman, tinggi pasang surut yang kurang dari 5 m masih
dapat dibuat pelabuhan terbuka. Bila lebih dari 5 m, maka terpaksa
dibuat suatu pelabuhan tertutup yang dilengkapi dengan pintu air untuk
memasukkan dan mengeluarkan kapal. Di sebagian besar perairan Indonesia, tinggi
pasang surut tidak lebih dari 2 m sehingga digunakan pelabuhan
terbuka.
Untuk pelayaran, kapal-kapal memerlukan kedalaman air yang sama dengan
sarat (draft) kapal ditambah dengan suatu kedalaman tambahan. Kedalaman air
untuk pelabuhan didasarkan pada frekuensi kapal-kapal dengan ukuran tertentu
yang masuk ke pelabuhan. Jika kapal-kapal terbesar masuk ke pelabuhan hanya
satu kali dalam beberapa hari, maka kapal tersebut hanya boleh masuk pda waktu
air pasang. Sedang kapal-kapal kecil harus dapat masuk ke pelabuhan pada setiap
saat.
1.4
Ukuran dan Bentuk Pelabuhan
Ukuran pelabuhan ditentukan oleh jumlah dan ukuran kapal-kapal yang akan
menggunakannya serta kondisi lapangan yang ada. Ditinjau dari segi biaya,
ukuran pelabuhan harus sekecil mungkin, tetapi masih memungkinkan pengoperasian
yang mudah. Pemakaian kapal tunda untuk membantu gerak kapal di dermaga juga
berpengaruh pada ukuran pelabuhan. Luas minimum pelabuhan adalah ruang yang
diperlukan untuk dermaga ditambah dengan kolam putar (turning basin)
yang terletak didepannya. Ukuran kolam putar tergantung pada ukuran kapal dan
kemudahan gerak berputar kapal, yang dapat dibedakan dalam empat macam.
a.
Ukuran
ruang optimum untuk dapat berputar dengan mudah memerlukan diameter empat kali
panjang kapal yang menggunakannya.
b.
Ukuran
menengah ruang putar dengan sedikit kesulitan dalam berputar mempunyai diameter
dua kali dari panjang kapal terbesar yang menggunakannya. Gerak putaran akan
lebih lama dan dapat dilakukan oleh kapal dan bantuan kapal tunda.
c.
Ruang
putaran kecil yang mempunyai diameter kurang dari dua kali panjang kapal.
Gerakan berputar dapat dilakukan dengan menggunakan jangkar dan bantuan kapal
tunda.
d.
Ukuran
minimum ruang putaran harus mempunyai diameter 20 % lebih panjang dari panjang
kapal terbesar yang menggunakannya. Dalam hal ini untuk membantu perputaran,
kapal harus ditambatkan pada suatu titik tetap, misalnya dengan pelampung,
dermaga, atau jangkar.
Pelabuhan dengan dermaga (pier) tunggal
dan kolam putar serta alur pendekatan yang panjang dan diperlebar pada ujung
dekat pantai untuk memungkinkan gerak berputarnya kapal. Gambar
tersebut menunjukkan bahwa pelabuhan tersebut memerlukan ruang minimum dan
dapat menampung dua kapal. Pelabuhan ini dibuat dengan mengeruk alur pada air
dangkal. Pelabuhan terlindung secara alam oleh suatu pulau, sehingga tidak
memerlukan pemecah gelombang. Di pelabuhan ini kapal yang akan meninggalkan
dermaga harus membelok sendiri terhadap ujung pier dan kemudian meninggalkan
pelabuhan melalui alur pendekatan.
Dalam
hal ini angin dan gelombang mempunyai satu arah, dan ketenangan air di
pelabuhan diperoleh dengan membuat satu pemecah gelombang yang bermula dari
garis pantai dan kemudian membelok sejajar pantai. Kedalaman air bertambah
dengan cepat dari garis pantai, sehingga lebar pelabuhan dapat dibatasi. Pemecah
gelombang dimanfaatkan sebagai dermaga yang dapat digunakan oleh dua buah
kapal. Kapal berputar dengan menggunakan bantuan dolphin.
Bentuk
pelabuhan yang panjang dan sempit dengan mulut masuk pelabuhan di satu ujung
dan mulut keluar pada ujung lain. Dermaga dapat digunakan untuk berlabuh empat
kapal. Di dekat pemecah gelombang yang sejajar pantai dilengkapi dengan alat
penambat yang digunakan sebagai tempat tunggu selama dermaga masih digunakan.
Bentuk
pelabuhan dengan daerah perairan dilindungi oleh dua buah pemecah gelombang
dengan satu mulut, sejumlah dermaga dan kolam putar besar berbentuk lingkaran
dengan jari-jari sama dengan dua kali panjang kapal terbesar. Pelabuhan ini
juga dilengkapi dengan tempat penungguan sebelum kapal mendapat giliran merapat
di dermaga. Selain itu juga terdapat tempat untuk kapal-kapal kecil.
1.5
Pemecah Gelombang
Pemecah gelombang yang
digunakan untuk melindungi daerah perairan pelabuhan semi alam dan
buatan. Lay out pemecah gelombang tergantung pada arah
gelombang dominan, bentuk garis pantai, ukuran minimum pelabuhan yang
diperlukan untuk melayani trafik di pelabuhan tersebut. Pemecah gelombang bisa
berupa dua lengan yang menjorok ke laut dari garis pantai dan sebuah pemecah
gelombang yang sejajar pantai dan dilengkapi dengan dua mulut untuk masuk dan
keluarnya kapal. bentuk
lain adalah satu lengan pemecah gelombang yang berawal dari pantai menuju ke
laut yang kemudian membelok dan sejajar pantai. Di sini terdapat satu mulut, dan
digunakan apabila angin dan gelombang berasal dari satu arah. Pemecah gelombang
bisa pula terdiri dua lengan yang menjorok ke laut dari garis pantai dengan
kedua lengan tersebut konvergen dan membentuk suatu celah di laut untuk jalan
masuk dan keluar kapal.
1.6
Lokasi dan Lebar Mulut Pelabuhan
Untuk mengurangi tinggi
gelombang di perairan pelabuhan, mulut pelabuhan tidak boleh lebih besar dari
yang diperlukan untuk keamanan pelayaran atau arus berbahaya yang ditimbulkan
oleh pasang surut. Lebar
mulut pelabuhan tergantung pada ukuran pelabuhan dan kapal-kapal yang
menggunakan pelabuhan. Biasanya untuk pelabuhan kecil lebar mulut pelabuhan
adalah 100 m, pelabuhan sedang antara 100 m dan
160 m, dan untuk pelabuhan besar adalah 160 m sampai
260 m. apabila mulut berada diantara pemecah gelombang dengan sisi
miring maka lebarnya diukur pada air rendah, yaitu sama dengan lebar yang
diperlukan ditambah dengan lebar karena kemiringan sisi bangunan pada kedalaman
tersebut. Misalnya jika lebar mulut adalah 150 m dan mulut
tersebut berada diantara pemecah gelombang dengan kemiringan 1 : 3, maka untuk
pelabuhan dengan kedalaman 10 m, lebar pada muka air rendah adalah
210 m.
Gelombang dari laut dalam akan masuk ke pelabuhan melalui mulut pelabuhan.
Dalam perjalanannya masuk ke pelabuhan, tinggi gelombang berkurang secara
berangsur-angsur karena adanya proses difraksi, yaitu menyebarnya energi
gelombang ke seluruh lebar daerah perairan pelabuhan. Tinggi
gelombang di kolam pelabuhan dapat dihitung dengan rumus Stevenson. Rumus
tersebut hanya memberikan hasil perkiraan. Untuk mendapatkan gambaran yang
lebih jelas dari kondisi gelombang di kolam pelabuhan diperlukan tes model
hidraulis.
Rumus Stevenson
mempunyai bentuk :
Dengan
:
Hp
: tinggi gelombang di titik P di dalam pelabuhan (m).
H :
tinggi gelombang di mulut pelabuhan (m).
b
: lebar mulut (m).
D
: jarak dari mulut ke titik P
B
: lebar kolam pelabuhan di titik P, yaitu panjang busur lingkaran
dengan jari-jari D dan pusat pada titik tengah mulut (m).
Persamaan tersebut tidak berlaku pada titik yang berjarak
kurang dari 15 m dari mulut.
1.7
Data Kapal
Daerah yang diperlukan
untuk pelabuhan tergangtung pada karakteristik kapal yang akan berlabuh.
Pengembangan pelabuhan di masa mendatang harus meninjau daerah perairan untuk
alur, kolam putar, penambatan, dermaga, tempat pembuangan bahan pengerukan,
daerah daratan yang diperlukan untuk penempatan, penyimpanan dan pengangkutan
barang-barang. Kedalaman dan lebar alur pelayaran tergantung pada kapal
terbesar yang menggunakan pelabuhan. Kuantitas angkutan (trafik) yang
diharapkan menggunakan pelabuhan juga menentukan apakah alur untuk satu jalur
atau dua jalur. Luas kolam pelabuhan dan panjang dermaga sangat dipengaruhi
oleh jumlah dan ukuran kapal yang akan berlabuh. Untuk keperluan perencanaan
pelabuhan tersebut, maka berikut ini diberikan dimensi dan ukuran kapal secara
umum, seperti terlihat dalam tabel 1.1.
Tabel 1.1. Dimensi dan Ukuran Kapal
Sesuai
dengan penggolongan pelabuhan dalam empat sistem pelabuhan, maka kapal-kapal
yang menggunakan pelabuhan tersebut juga disesuaikan, seperti terlihat dalam
tabel 1.2.
Tabel 2.2. Dimensi kapal pada pelabuhan
Gambar
1. Dimensi kapal
Dimana :
B = lebar kapal
D = tinggi bagian kapal terendam,
Lpp
= panjang kapal
Loa
= panjang kapal dari muka
air)
Karakteristik
kapal rencana.
Fasilitas
dermaga yang akan didesain direncanakan menerima beban dengan contoh desain
kriteria data kapal pada tabel 1.3 berikut :
Tabel 1.3. Contoh
Kriteria Data Kapal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar